PENGANTAR

    
Ketua Pembina Yayasan Raflesia Depok H. Zaidin Ali mendirikan yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan dilatarbelakangi keinginannya untuk terus belajar, bekerja dan beribadah.
“Berawal dari sebuah lembaga, yaitu Lembaga Penyelenggara Pendidikan Pelayanan Kesehatan (LP3K) kemudian 1991 terbentuk yayasan dan setahun kemudian berdiri Akper Raflesia”. 
Dari sanalah, lanjutnya, mulai berdiri sekolah TK tahun 2000 yang semula hanya Taman Pendidikan Alquran (TPA), kemudian 2003 berdiri SDIT, 2004 SMPIT, 2005 SMAIT dan 2006 berdiri SMK serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) pada 2015. STIKES yang didalamnya ada Akademi Perawatan (Akper) dan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Sampai saat ini kami tetap semangat mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dengan prinsip dan misi yang tujuan akhirnya adalah terciptanya pemimpin yang Islami. Karena itu, di sekolah dengan konsep full days para siswa ditanamkan nilai-nilai ibadah seperti, shalat dhuha, baca quran dan kegiatan ibadah lainnya rutin setiap hari.
“Kita memiliki beberapa prinsip, seperti 3T,  Terbesar, Tersebar dan Tersiar dan prinsip-prinsip lainnya yang diterapkan baik bagi siswa maupun pengajar dan manajemen sekolah,” ucap pensiunan Departemen Kesehatan ini.
Dikatakannya, program-program kegiatan sudah banyak dilaksanakan Yayasan Raflesia Depok, baik secara internal dan eksternal yang melibatkan sekolah-sekolah lain dan masyarakat umum.
“Di internal, Yayasan Raflesia Depok mencanangkan Kampus Hijau dengan menanam pohon di sekolah termasuk mengembangkan vertical garden. Selain itu, Ruang Makan dan Baca (Rumba) serta tersedianya majalah dinding di setiap kelas sebagai sarana ekspresi siswa,” tutur ayah dua putra dan satu putri.  
Selain itu, terangnya, di sekolah juga diciptakan suasana yang aman, nyaman, tertib, bersih dan indah. Di antaranya dengan banyaknya tanaman di sekolah, penempatan tempat sampah di setiap sudut ruang termasuk cuci tangan, dengan kenyamanan tersebut sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.  
Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, ungkapnya, atas rahmat Allah SWT, kerja keras juga tidak lepas dari lima misi, misi itu terangkum dalam lima ‘S’, yaitu Sains, Skill, Speak, Sportivity dan Singing.
Dijelaskannya, Sains artinya siswa mendapatkan ilmu dan pengetahuan (Sains) kemudian mereka akan menjadi lebih terampil (Skill), trus dapat menyampaikan melalui lisan (Speak), mempunyai sportivitas yang tinggi (Sportivity) dan memiliki seni sehingga terbentuklah karakter yang baik (Singing).  
Bahkan, masih banyak budaya-budaya yang selalu diterapkan di sekolah, di antaranya budaya malu, yaitu malu jika tidak berprestasi, malu jika melakukan kekerasan atau perbuatan tidak baik, seperti narkoba dan malu kalau tidak disiplin.
“Itu salah satunya dan masih ada budaya-budaya atau kebiasaan yang baik kita tumbuhkan dan tanamkan kepada para siswa, termasuk selalu melakukan senyum, salam, sapa dan lainnya,” tandasnya.
Disisi lain, imbuh H. Zaidin, kita berikan penghargaan (reward) kepada para siswa yang berprestasi sehingga diharapkan dapat menjadi motivasi dan semangat mereka untuk terus melakukan kreasi, inovasi dan lebih giat lagi  dalam belajar dan menggapai cita-citanya.
“Sampai saat ini Yayasan Raflesia Depok sudah meluluskan sekitar dua ribu, khususnya Akper dan alhamdulillah 10 persen dari jumlah itu telah bekerja di sejumlah rumah sakit  luar negeri sedangkan di Indonesia sendiri ada yang menjadi wakil direktur di rumah sakit,” pungkas H. Zaidin Ali. (Prp).     
Template by BEN Creative
Copyright © 2016 Kampus Raflesia